Discussion text adalah salah satu jenis teks yang sering muncul dalam materi bahasa Inggris kelas 12. Berbeda dengan argumentative text yang hanya menyajikan satu sisi argumen, discussion text menyajikan dua sudut pandang yang berbeda tentang suatu isu.

Artikel ini akan memberikan kamu berbagai contoh discussion text tentang seragam sekolah dan artinya yang mudah dipahami dan bisa langsung kamu gunakan untuk referensi belajar.

Apa Itu Discussion Text?

Discussion text adalah jenis teks yang menyajikan suatu isu dari dua perspektif yang berbeda—pro dan kontra. Tujuannya adalah memberikan pandangan yang seimbang kepada pembaca sehingga mereka bisa membuat keputusan sendiri.

Menurut Professor David Butt dari Macquarie University, “Discussion texts develop critical thinking by presenting multiple perspectives on complex issues.” Ini menunjukkan pentingnya kemampuan melihat isu dari berbagai sudut pandang.

Struktur Discussion Text

1. Issue (Isu)

Bagian pembuka yang memperkenalkan topik yang akan didiskusikan. Biasanya berupa pernyataan atau pertanyaan tentang isu kontroversial.

2. Arguments FOR (Argumen Pendukung)

Paragraf yang berisi pendapat dan alasan yang mendukung satu sisi dari isu.

3. Arguments AGAINST (Argumen Penentang)

Paragraf yang berisi pendapat dan alasan yang menentang atau berlawanan dengan sisi pertama.

4. Conclusion/Recommendation

Kesimpulan yang bisa berupa summary dari kedua sisi, rekomendasi, atau pendapat penulis setelah mempertimbangkan kedua perspektif.

Language Features Discussion Text

  1. Present Tense: Untuk menyatakan fakta umum dan opini.
  2. Thinking Verbs: believe, think, feel, hope, assume.
  3. Contrastive Conjunctions: however, on the other hand, in contrast, nevertheless.
  4. Modalitas: may, might, could, should, would.
  5. Impersonal Voice: it is believed that, many people think.

Contoh Discussion Text #1: Should Students Wear School Uniforms?

English Version:

Issue: The debate over school uniforms has been ongoing for decades. While some believe uniforms create equality and discipline, others argue they restrict personal freedom and creativity.

Arguments FOR: Supporters of school uniforms present several compelling reasons. First, uniforms promote equality among students by eliminating visible economic differences. When everyone wears the same outfit, wealthy and poor students are indistinguishable, reducing bullying based on clothing.

Second, uniforms enhance school identity and pride. Students feel part of a community when wearing their school colors. This sense of belonging can improve behavior and academic performance.

Third, uniforms simplify morning routines and reduce decision fatigue. Parents save money by not purchasing expensive branded clothes. According to a 2023 study by the National Association of Elementary School Principals, schools with uniform policies report 12% fewer discipline problems.

Arguments AGAINST: However, opponents raise valid concerns about uniform policies. Primarily, uniforms suppress individuality and self-expression. Teenage years are crucial for identity development, and clothing choices are an important form of personal expression.

Additionally, uniforms can be expensive, especially when schools require specific brands or styles. Low-income families may struggle to afford multiple sets. Research from the University of Nevada (2024) found that uniform costs can reach $600 annually per student.

Furthermore, uniforms don’t actually address the root causes of bullying or inequality. Students find other ways to show status through accessories, phones, or shoes.

Conclusion: Both perspectives have merit. While uniforms offer benefits like equality and discipline, they also limit personal freedom. Perhaps a middle ground—such as flexible dress codes rather than strict uniforms—could balance these concerns.

Artinya:

Isu: Perdebatan tentang seragam sekolah telah berlangsung selama beberapa dekade. Sementara beberapa orang percaya seragam menciptakan kesetaraan dan disiplin, yang lain berpendapat bahwa seragam membatasi kebebasan pribadi dan kreativitas.

Argumen MENDUKUNG: Pendukung seragam sekolah menyajikan beberapa alasan yang menarik. Pertama, seragam mempromosikan kesetaraan di antara siswa dengan menghilangkan perbedaan ekonomi yang terlihat. Ketika semua orang mengenakan pakaian yang sama, siswa kaya dan miskin tidak dapat dibedakan, mengurangi perundungan berdasarkan pakaian.

Kedua, seragam meningkatkan identitas dan kebanggaan sekolah. Siswa merasa menjadi bagian dari komunitas saat mengenakan warna sekolah mereka. Rasa memiliki ini dapat meningkatkan perilaku dan prestasi akademik.

Ketiga, seragam menyederhanakan rutinitas pagi dan mengurangi kelelahan pengambilan keputusan. Orang tua menghemat uang dengan tidak membeli pakaian bermerek yang mahal. Menurut studi 2023 oleh National Association of Elementary School Principals, sekolah dengan kebijakan seragam melaporkan 12% lebih sedikit masalah disiplin.

Argumen MENENTANG: Namun, penentang mengangkat kekhawatiran yang valid tentang kebijakan seragam. Terutama, seragam menekan individualitas dan ekspresi diri. Masa remaja sangat penting untuk pengembangan identitas, dan pilihan pakaian adalah bentuk penting dari ekspresi pribadi.

Selain itu, seragam bisa mahal, terutama ketika sekolah memerlukan merek atau gaya tertentu. Keluarga berpenghasilan rendah mungkin kesulitan membeli beberapa set. Penelitian dari University of Nevada (2024) menemukan bahwa biaya seragam dapat mencapai $600 per tahun per siswa.

Lebih jauh, seragam sebenarnya tidak mengatasi akar penyebab perundungan atau ketidaksetaraan. Siswa menemukan cara lain untuk menunjukkan status melalui aksesori, ponsel, atau sepatu.

Kesimpulan: Kedua perspektif memiliki kelebihan. Sementara seragam menawarkan manfaat seperti kesetaraan dan disiplin, mereka juga membatasi kebebasan pribadi. Mungkin jalan tengah—seperti kode berpakaian yang fleksibel daripada seragam yang ketat—dapat menyeimbangkan kekhawatiran ini.

Contoh Discussion Text #2: Uniform Colors and Student Psychology

English Version:

Issue: School administrators debate whether uniform colors affect student behavior and academic performance.

Arguments FOR: Proponents argue that uniform colors significantly impact student psychology. Dark colors like navy blue and black are associated with professionalism and seriousness, potentially encouraging focused behavior.

Research by Color Psychology Institute (2023) suggests that blue uniforms promote calmness and concentration. Students wearing blue report feeling more relaxed during exams.

Bright colors like red and yellow can energize students but may also increase restlessness. Some schools strategically choose colors to create desired atmospheres in learning environments.

Arguments AGAINST: Critics contend that color effects are minimal compared to teaching quality and school culture. No conclusive evidence proves that uniform color directly improves grades or behavior.

Individual responses to colors vary greatly based on personal experiences and cultural backgrounds. What calms one student might distract another.

Dr. Sarah Martinez from Stanford University (2024) states, “The impact of uniform color is negligible when compared to factors like teacher quality, curriculum, and family support.”

Conclusion: While color psychology exists, its practical impact on education remains debatable. Schools should prioritize substantive improvements over uniform color choices.

Artinya:

Isu: Administrator sekolah memperdebatkan apakah warna seragam mempengaruhi perilaku siswa dan prestasi akademik.

Argumen MENDUKUNG: Pendukung berpendapat bahwa warna seragam secara signifikan mempengaruhi psikologi siswa. Warna gelap seperti biru navy dan hitam dikaitkan dengan profesionalisme dan keseriusan, berpotensi mendorong perilaku fokus.

Penelitian oleh Color Psychology Institute (2023) menunjukkan bahwa seragam biru mempromosikan ketenangan dan konsentrasi. Siswa yang mengenakan biru melaporkan merasa lebih rileks selama ujian.

Warna cerah seperti merah dan kuning dapat memberi energi pada siswa tetapi juga dapat meningkatkan kegelisahan. Beberapa sekolah secara strategis memilih warna untuk menciptakan atmosfer yang diinginkan dalam lingkungan belajar.

Argumen MENENTANG: Kritikus berpendapat bahwa efek warna minimal dibandingkan dengan kualitas pengajaran dan budaya sekolah. Tidak ada bukti konklusif yang membuktikan bahwa warna seragam secara langsung meningkatkan nilai atau perilaku.

Respons individu terhadap warna sangat bervariasi berdasarkan pengalaman pribadi dan latar belakang budaya. Apa yang menenangkan satu siswa mungkin mengganggu yang lain.

Dr. Sarah Martinez dari Stanford University (2024) menyatakan, “Dampak warna seragam dapat diabaikan jika dibandingkan dengan faktor seperti kualitas guru, kurikulum, dan dukungan keluarga.”

Kesimpulan: Meskipun psikologi warna ada, dampak praktisnya pada pendidikan tetap dapat diperdebatkan. Sekolah harus memprioritaskan perbaikan substantif daripada pilihan warna seragam.

Contoh Discussion Text #3: Gender-Specific vs Gender-Neutral Uniforms

English Version:

Issue: Modern schools face decisions about whether to maintain traditional gender-specific uniforms or adopt gender-neutral options.

Arguments FOR Gender-Neutral: Advocates for gender-neutral uniforms promote inclusivity and comfort. Traditional gendered uniforms can be uncomfortable and inappropriate for various body types and gender identities.

Gender-neutral options like pants and polo shirts accommodate all students equally. This approach supports transgender and non-binary students who may feel distressed by gendered clothing requirements.

A 2024 report by the National Education Association found that schools with gender-neutral uniform policies reported higher student satisfaction and fewer discrimination complaints.

Arguments FOR Gender-Specific: Supporters of traditional uniforms argue they respect cultural and religious values. Many communities prefer distinct clothing for different genders based on cultural norms.

Some parents believe gender-specific uniforms teach appropriate social boundaries and respect for differences. They worry that eliminating distinctions might confuse young children about gender roles.

Cost is another consideration—switching to entirely new uniform systems requires significant financial investment that many schools cannot afford.

Conclusion: The best approach likely involves offering choices. Schools could maintain traditional options while adding gender-neutral alternatives, allowing families to select what works best for their children.

Artinya:

Isu: Sekolah modern menghadapi keputusan tentang apakah akan mempertahankan seragam gender-spesifik tradisional atau mengadopsi opsi gender-netral.

Argumen MENDUKUNG Gender-Netral: Pendukung seragam gender-netral mempromosikan inklusivitas dan kenyamanan. Seragam gender tradisional bisa tidak nyaman dan tidak pantas untuk berbagai jenis tubuh dan identitas gender.

Opsi gender-netral seperti celana panjang dan kemeja polo mengakomodasi semua siswa secara setara. Pendekatan ini mendukung siswa transgender dan non-biner yang mungkin merasa tertekan oleh persyaratan pakaian gender.

Laporan 2024 oleh National Education Association menemukan bahwa sekolah dengan kebijakan seragam gender-netral melaporkan kepuasan siswa yang lebih tinggi dan lebih sedikit keluhan diskriminasi.

Argumen MENDUKUNG Gender-Spesifik: Pendukung seragam tradisional berpendapat mereka menghormati nilai budaya dan agama. Banyak komunitas lebih suka pakaian berbeda untuk gender berbeda berdasarkan norma budaya.

Beberapa orang tua percaya seragam gender-spesifik mengajarkan batasan sosial yang tepat dan menghormati perbedaan. Mereka khawatir menghilangkan perbedaan mungkin membingungkan anak-anak kecil tentang peran gender.

Biaya adalah pertimbangan lain—beralih ke sistem seragam yang sepenuhnya baru memerlukan investasi finansial yang signifikan yang tidak mampu dilakukan banyak sekolah.

Kesimpulan: Pendekatan terbaik kemungkinan melibatkan penawaran pilihan. Sekolah dapat mempertahankan opsi tradisional sambil menambahkan alternatif gender-netral, memungkinkan keluarga memilih apa yang paling baik untuk anak-anak mereka.


Baca Juga: Materi Bahasa Inggris Kelas 12 Semester 1 & 2: Ringkasan Lengkap


Contoh Discussion Text #4: Branded vs Non-Branded School Uniforms

English Version:

Issue: Schools must decide whether to require specific branded uniforms from designated suppliers or allow generic alternatives.

Arguments FOR Branded Uniforms: Branded uniform policies ensure consistency and quality across all students. Official suppliers maintain specific standards for fabric, fit, and durability.

School branding through official uniforms strengthens institutional identity. When students wear standardized, high-quality uniforms, it projects professionalism during school events and competitions.

Official suppliers often provide convenient services like online ordering, size exchanges, and bulk discounts for low-income families.

Arguments AGAINST Branded Uniforms: The primary concern is cost. Branded uniforms can be 3-4 times more expensive than generic alternatives. According to Consumer Reports (2023), branded school uniforms average $150 per set compared to $40 for non-branded versions.

Mandatory branded purchases create monopolies that exploit parents with limited shopping options. Families cannot hunt for sales or use hand-me-downs if specific tags are required.

Generic uniforms in matching colors serve the same purpose of creating uniformity without the financial burden. The quality difference rarely justifies the price premium.

Conclusion: Schools should establish clear standards for color and style while allowing parents to purchase from any retailer. This balances uniformity with affordability and parental choice.

Artinya:

Isu: Sekolah harus memutuskan apakah akan mewajibkan seragam bermerek tertentu dari pemasok yang ditunjuk atau mengizinkan alternatif generik.

Argumen MENDUKUNG Seragam Bermerek: Kebijakan seragam bermerek memastikan konsistensi dan kualitas di semua siswa. Pemasok resmi mempertahankan standar khusus untuk kain, ukuran, dan daya tahan.

Branding sekolah melalui seragam resmi memperkuat identitas institusional. Ketika siswa mengenakan seragam standar berkualitas tinggi, itu memproyeksikan profesionalisme selama acara dan kompetisi sekolah.

Pemasok resmi sering menyediakan layanan nyaman seperti pemesanan online, penukaran ukuran, dan diskon massal untuk keluarga berpenghasilan rendah.

Argumen MENENTANG Seragam Bermerek: Kekhawatiran utama adalah biaya. Seragam bermerek bisa 3-4 kali lebih mahal daripada alternatif generik. Menurut Consumer Reports (2023), seragam sekolah bermerek rata-rata $150 per set dibandingkan dengan $40 untuk versi non-merek.

Pembelian bermerek wajib menciptakan monopoli yang mengeksploitasi orang tua dengan pilihan belanja terbatas. Keluarga tidak dapat berburu obral atau menggunakan pakaian bekas jika tag tertentu diperlukan.

Seragam generik dengan warna yang cocok melayani tujuan yang sama untuk menciptakan keseragaman tanpa beban finansial. Perbedaan kualitas jarang membenarkan premium harga.

Kesimpulan: Sekolah harus menetapkan standar yang jelas untuk warna dan gaya sambil mengizinkan orang tua membeli dari pengecer mana pun. Ini menyeimbangkan keseragaman dengan keterjangkauan dan pilihan orang tua.

Contoh Discussion Text #5: Strict Uniform Enforcement vs Relaxed Policies

English Version:

Issue: Educators debate how strictly uniform rules should be enforced and what consequences should apply for violations.

Arguments FOR Strict Enforcement: Proponents believe strict uniform policies teach discipline and respect for rules. When schools consistently enforce dress codes, students learn that rules matter and have consequences.

Strict enforcement prevents “uniform creep” where students gradually modify uniforms with accessories, untucked shirts, or inappropriate alterations. This maintains the intended purpose of uniformity.

Research from the Journal of Educational Psychology (2024) indicates that schools with consistent rule enforcement have better overall discipline and fewer behavioral issues.

Arguments AGAINST Strict Enforcement: Critics argue that overly strict uniform enforcement wastes valuable educational time and resources. Teachers spend hours policing hem lengths and shirt colors instead of focusing on teaching.

Harsh punishments for minor uniform violations—such as detention or suspension—are disproportionate and can negatively impact academic progress. Students miss class time over trivial dress code infractions.

Dr. James Chen from UCLA (2023) notes, “Schools that prioritize uniform compliance over student wellbeing often see increased anxiety and resentment among students.”

Conclusion: Moderate enforcement that focuses on major violations while showing flexibility for minor issues creates the best environment. Schools should educate rather than punish, using uniform violations as teaching moments about responsibility.

Artinya:

Isu: Pendidik memperdebatkan seberapa ketat aturan seragam harus ditegakkan dan konsekuensi apa yang harus diterapkan untuk pelanggaran.

Argumen MENDUKUNG Penegakan Ketat: Pendukung percaya kebijakan seragam yang ketat mengajarkan disiplin dan menghormati aturan. Ketika sekolah secara konsisten menegakkan kode berpakaian, siswa belajar bahwa aturan penting dan memiliki konsekuensi.

Penegakan ketat mencegah “pergeseran seragam” di mana siswa secara bertahap memodifikasi seragam dengan aksesori, baju yang tidak dimasukkan, atau perubahan yang tidak pantas. Ini mempertahankan tujuan keseragaman yang dimaksudkan.

Penelitian dari Journal of Educational Psychology (2024) menunjukkan bahwa sekolah dengan penegakan aturan yang konsisten memiliki disiplin keseluruhan yang lebih baik dan lebih sedikit masalah perilaku.

Argumen MENENTANG Penegakan Ketat: Kritikus berpendapat bahwa penegakan seragam yang terlalu ketat membuang waktu dan sumber daya pendidikan yang berharga. Guru menghabiskan berjam-jam mengawasi panjang rok dan warna baju alih-alih fokus pada pengajaran.

Hukuman keras untuk pelanggaran seragam kecil—seperti penahanan atau skorsing—tidak proporsional dan dapat berdampak negatif pada kemajuan akademik. Siswa kehilangan waktu kelas karena pelanggaran kode berpakaian sepele.

Dr. James Chen dari UCLA (2023) mencatat, “Sekolah yang memprioritaskan kepatuhan seragam daripada kesejahteraan siswa sering melihat peningkatan kecemasan dan kebencian di kalangan siswa.”

Kesimpulan: Penegakan moderat yang fokus pada pelanggaran besar sambil menunjukkan fleksibilitas untuk masalah kecil menciptakan lingkungan terbaik. Sekolah harus mendidik daripada menghukum, menggunakan pelanggaran seragam sebagai momen mengajar tentang tanggung jawab.

Tips Menulis Discussion Text

1. Tetap Netral dan Objektif Jangan terlihat memihak satu sisi terlalu kuat di bagian argumen. Present kedua perspektif secara fair.

2. Gunakan Evidence yang Seimbang Berikan data, penelitian, atau contoh untuk KEDUA sisi argumen, bukan hanya satu sisi.

3. Struktur Paralel Usahakan jumlah dan panjang argumen FOR dan AGAINST relatif seimbang agar tidak terlihat bias.

4. Transition yang Jelas Gunakan connectives yang jelas saat berpindah dari satu sisi ke sisi lain: “On the other hand,” “However,” “In contrast.”

5. Conclusion yang Thoughtful Conclusion bisa berupa summary, rekomendasi, atau balanced view. Tidak harus memilih satu sisi.

Kesimpulan

Memahami discussion text tentang seragam sekolah membantu kamu mengembangkan critical thinking skills. Dengan mempelajari berbagai contoh discussion text tentang seragam sekolah dan artinya, kamu bisa:

  • Melihat isu dari berbagai perspektif
  • Menulis argumen yang balanced dan fair
  • Menggunakan evidence untuk mendukung kedua sisi
  • Menyusun conclusion yang thoughtful

Discussion text mengajarkan kita bahwa most issues are not black and white. Ada valid points di kedua sisi, dan kemampuan untuk acknowledge ini adalah tanda intellectual maturity.

Ingin menguasai semua jenis text bahasa Inggris dengan guidance expert? Bergabunglah dengan Kursus Bahasa Inggris Privat Online Termurah di Golden Online Class dan tingkatkan kemampuan writing kamu dengan metode yang proven dan enjoyable!