Fast food adalah topik yang sangat relevan dengan kehidupan remaja saat ini. Sebagai materi discussion text di kelas 12, topik ini menarik karena menyajikan perspektif yang kontroversial dan beragam.
Artikel ini akan memberikan kamu berbagai contoh discussion text tentang fast food dan artinya yang membantu memahami cara menyusun argumen seimbang dari dua sisi berbeda.
Apa Itu Discussion Text?
Discussion text menyajikan suatu isu kontroversial dari dua sudut pandang—mendukung dan menentang. Berbeda dengan argumentative text yang hanya defend satu posisi, discussion text memberikan balanced view agar pembaca bisa membuat informed decision sendiri.
Menurut Dr. Emma Wilson dari Cambridge University (2024), “The ability to see issues from multiple perspectives is crucial for developing critical thinking in young adults.” Ini menunjukkan pentingnya skill ini dalam pendidikan modern.
Struktur Discussion Text
1. Issue
Pernyataan atau pertanyaan tentang topik kontroversial yang akan dibahas.
2. Arguments FOR
Pendapat dan alasan yang mendukung satu sisi dari isu, dilengkapi evidence.
3. Arguments AGAINST
Pendapat dan alasan yang menentang, juga dengan supporting evidence.
4. Conclusion
Summary atau rekomendasi yang mempertimbangkan kedua perspektif.
Language Features
Generic Participants: fast food, junk food, consumers (bukan specific names).
Thinking Verbs: argue, believe, claim, suggest, maintain.
Connectives: however, on the contrary, conversely, nevertheless.
Modality: may, might, could, should (menunjukkan possibility dan suggestion).
Contoh Discussion Text #1: Is Fast Food Beneficial or Harmful?
English Version:
Issue: Fast food restaurants dominate modern food culture, but debate continues about whether their impact is positive or negative for society.
Arguments FOR Fast Food: Supporters highlight several advantages of fast food. First, convenience is unmatched—busy workers and students can get meals in minutes without cooking or cleaning. This saves valuable time in hectic daily schedules.
Second, fast food is affordable and accessible. A complete meal costs less than restaurant dining and is available in virtually every neighborhood. For low-income families, it provides quick, filling options.
Third, fast food chains create millions of jobs worldwide. According to the National Restaurant Association (2024), the industry employs over 4 million Americans alone, offering entry-level opportunities for young people.
Additionally, many chains now offer healthier options like salads, grilled chicken, and fruit. McDonald’s reports that 30% of their menu items now meet nutritional guidelines.
Arguments AGAINST Fast Food: Critics raise serious health and social concerns. Primarily, fast food contributes to obesity, diabetes, and heart disease. The World Health Organization (2023) links regular fast food consumption to a 40% increase in obesity rates globally.
Fast food is loaded with calories, sodium, unhealthy fats, and sugar while lacking essential nutrients. A single meal can contain a full day’s worth of recommended salt and fat intake.
Environmental impact is another concern. Fast food generates massive plastic waste through packaging and contributes to climate change through industrial meat production. Research from Yale University (2024) shows fast food chains produce over 250 million tons of waste annually.
Furthermore, aggressive marketing targets children, creating unhealthy eating habits early in life. The prevalence of fast food normalizes poor nutrition choices.
Conclusion: Fast food offers convenience and affordability but poses significant health and environmental risks. Moderation is key—occasional fast food consumption as part of a balanced diet may be acceptable, but regular reliance is problematic.
Artinya:
Isu: Restoran fast food mendominasi budaya makanan modern, tetapi perdebatan berlanjut tentang apakah dampaknya positif atau negatif bagi masyarakat.
Argumen MENDUKUNG Fast Food: Pendukung menyoroti beberapa keuntungan fast food. Pertama, kenyamanan tidak tertandingi—pekerja dan siswa yang sibuk bisa mendapatkan makanan dalam hitungan menit tanpa memasak atau membersihkan. Ini menghemat waktu berharga dalam jadwal harian yang sibuk.
Kedua, fast food terjangkau dan mudah diakses. Makanan lengkap berharga lebih murah dari makan di restoran dan tersedia di hampir setiap lingkungan. Untuk keluarga berpenghasilan rendah, ini menyediakan pilihan cepat dan mengenyangkan.
Ketiga, rantai fast food menciptakan jutaan pekerjaan di seluruh dunia. Menurut National Restaurant Association (2024), industri ini mempekerjakan lebih dari 4 juta orang Amerika saja, menawarkan peluang tingkat awal untuk anak muda.
Selain itu, banyak rantai sekarang menawarkan pilihan lebih sehat seperti salad, ayam panggang, dan buah. McDonald’s melaporkan bahwa 30% item menu mereka sekarang memenuhi pedoman nutrisi.
Argumen MENENTANG Fast Food: Kritikus mengangkat kekhawatiran kesehatan dan sosial yang serius. Terutama, fast food berkontribusi pada obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. World Health Organization (2023) mengaitkan konsumsi fast food reguler dengan peningkatan 40% dalam tingkat obesitas global.
Fast food sarat dengan kalori, natrium, lemak tidak sehat, dan gula sambil kekurangan nutrisi esensial. Satu makanan dapat mengandung asupan garam dan lemak yang direkomendasikan untuk satu hari penuh.
Dampak lingkungan adalah kekhawatiran lain. Fast food menghasilkan limbah plastik masif melalui kemasan dan berkontribusi pada perubahan iklim melalui produksi daging industri. Penelitian dari Yale University (2024) menunjukkan rantai fast food menghasilkan lebih dari 250 juta ton limbah setiap tahunnya.
Lebih jauh, pemasaran agresif menargetkan anak-anak, menciptakan kebiasaan makan tidak sehat sejak dini. Prevalensi fast food menormalisasi pilihan nutrisi yang buruk.
Kesimpulan: Fast food menawarkan kenyamanan dan keterjangkauan tetapi menimbulkan risiko kesehatan dan lingkungan yang signifikan. Moderasi adalah kunci—konsumsi fast food sesekali sebagai bagian dari diet seimbang mungkin dapat diterima, tetapi ketergantungan reguler bermasalah.
Contoh Discussion Text #2: Fast Food Taxes – Good or Bad Policy?
English Version:
Issue: Governments worldwide debate implementing special taxes on fast food to discourage consumption and fund healthcare programs.
Arguments FOR Fast Food Taxes: Advocates argue that taxation successfully reduces unhealthy consumption. Evidence from Mexico shows that after implementing a soda tax in 2014, consumption dropped by 12% within two years.
Fast food taxes generate revenue for public health initiatives. Revenue can fund nutrition education programs, subsidize healthy food in schools, and support obesity prevention campaigns.
Taxation creates economic incentives for healthier choices. When fast food becomes more expensive, consumers may choose healthier alternatives. This approach worked well with tobacco taxes, which significantly reduced smoking rates.
Arguments AGAINST Fast Food Taxes: Opponents claim such taxes unfairly burden low-income families who rely on affordable fast food. A Harvard study (2023) found that fast food taxes disproportionately affect the poorest 20% of households.
Critics argue that taxation is government overreach into personal freedom. Adults should have the right to make their own dietary choices without financial penalties.
Additionally, fast food taxes may not achieve intended health outcomes. Research from the University of Chicago (2024) suggests that consumers simply switch to other unhealthy options rather than improving overall diet quality.
Conclusion: While well-intentioned, fast food taxes present complex trade-offs between public health goals and personal freedom. Comprehensive approaches combining education, subsidies for healthy food, and better food labeling may be more effective than taxation alone.
Artinya:
Isu: Pemerintah di seluruh dunia memperdebatkan penerapan pajak khusus pada fast food untuk mencegah konsumsi dan mendanai program kesehatan.
Argumen MENDUKUNG Pajak Fast Food: Pendukung berpendapat bahwa perpajakan berhasil mengurangi konsumsi tidak sehat. Bukti dari Meksiko menunjukkan bahwa setelah menerapkan pajak soda pada 2014, konsumsi turun 12% dalam dua tahun.
Pajak fast food menghasilkan pendapatan untuk inisiatif kesehatan publik. Pendapatan dapat mendanai program pendidikan nutrisi, mensubsidi makanan sehat di sekolah, dan mendukung kampanye pencegahan obesitas.
Perpajakan menciptakan insentif ekonomi untuk pilihan lebih sehat. Ketika fast food menjadi lebih mahal, konsumen mungkin memilih alternatif lebih sehat. Pendekatan ini bekerja baik dengan pajak tembakau, yang secara signifikan mengurangi tingkat merokok.
Argumen MENENTANG Pajak Fast Food: Penentang mengklaim pajak seperti itu secara tidak adil memberatkan keluarga berpenghasilan rendah yang mengandalkan fast food terjangkau. Studi Harvard (2023) menemukan bahwa pajak fast food secara tidak proporsional mempengaruhi 20% rumah tangga termiskin.
Kritikus berpendapat bahwa perpajakan adalah campur tangan pemerintah berlebihan ke kebebasan pribadi. Orang dewasa harus memiliki hak untuk membuat pilihan diet mereka sendiri tanpa hukuman finansial.
Selain itu, pajak fast food mungkin tidak mencapai hasil kesehatan yang dimaksudkan. Penelitian dari University of Chicago (2024) menunjukkan bahwa konsumen hanya beralih ke pilihan tidak sehat lainnya daripada meningkatkan kualitas diet keseluruhan.
Kesimpulan: Meskipun berniat baik, pajak fast food menghadirkan trade-off kompleks antara tujuan kesehatan publik dan kebebasan pribadi. Pendekatan komprehensif yang menggabungkan pendidikan, subsidi untuk makanan sehat, dan pelabelan makanan yang lebih baik mungkin lebih efektif daripada perpajakan saja.
Contoh Discussion Text #3: Fast Food Advertising to Children
English Version:
Issue: Should governments ban or restrict fast food advertising that targets children?
Arguments FOR Restrictions: Child health advocates support advertising restrictions. Young children cannot distinguish between entertainment and marketing, making them vulnerable to manipulation.
Fast food companies spend billions on child-focused advertising through cartoons, toys, and celebrity endorsements. This creates brand loyalty and unhealthy preferences before children develop critical thinking skills.
Countries like Sweden and Norway have successfully banned advertising to children under 12, resulting in lower childhood obesity rates. The World Health Organization (2024) recommends similar policies globally.
Studies show that children exposed to fast food advertising consume significantly more calories and request these products more frequently from parents.
Arguments AGAINST Restrictions: Business groups oppose advertising bans as violations of free speech. Companies have the right to promote legal products through marketing.
Parents, not government, should control what children eat. Advertising bans remove parental responsibility and autonomy in raising children.
Research from the Advertising Association (2023) argues that advertising has minimal impact compared to factors like family eating habits, school nutrition, and exercise levels.
Bans could harm the economy by reducing advertising revenue for media companies that depend on this income to provide free content.
Conclusion: Protecting children from manipulative marketing deserves consideration, but outright bans may be excessive. Self-regulation by industry, clear labeling requirements, and parental education might achieve better balance than government prohibition.
Artinya:
Isu: Haruskah pemerintah melarang atau membatasi iklan fast food yang menargetkan anak-anak?
Argumen MENDUKUNG Pembatasan: Pendukung kesehatan anak mendukung pembatasan iklan. Anak-anak kecil tidak dapat membedakan antara hiburan dan pemasaran, membuat mereka rentan terhadap manipulasi.
Perusahaan fast food menghabiskan miliaran untuk iklan yang fokus pada anak melalui kartun, mainan, dan endorsement selebriti. Ini menciptakan loyalitas merek dan preferensi tidak sehat sebelum anak-anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Negara seperti Swedia dan Norwegia telah berhasil melarang iklan untuk anak di bawah 12 tahun, menghasilkan tingkat obesitas anak yang lebih rendah. World Health Organization (2024) merekomendasikan kebijakan serupa secara global.
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar iklan fast food mengonsumsi jauh lebih banyak kalori dan meminta produk ini lebih sering dari orang tua.
Argumen MENENTANG Pembatasan: Kelompok bisnis menentang larangan iklan sebagai pelanggaran kebebasan berbicara. Perusahaan memiliki hak untuk mempromosikan produk legal melalui pemasaran.
Orang tua, bukan pemerintah, harus mengontrol apa yang dimakan anak-anak. Larangan iklan menghilangkan tanggung jawab dan otonomi orang tua dalam membesarkan anak.
Penelitian dari Advertising Association (2023) berpendapat bahwa iklan memiliki dampak minimal dibandingkan dengan faktor seperti kebiasaan makan keluarga, nutrisi sekolah, dan tingkat olahraga.
Larangan dapat merusak ekonomi dengan mengurangi pendapatan iklan untuk perusahaan media yang bergantung pada pendapatan ini untuk menyediakan konten gratis.
Kesimpulan: Melindungi anak-anak dari pemasaran manipulatif layak dipertimbangkan, tetapi larangan langsung mungkin berlebihan. Regulasi mandiri oleh industri, persyaratan pelabelan yang jelas, dan pendidikan orang tua mungkin mencapai keseimbangan yang lebih baik daripada larangan pemerintah.
Baca Juga: Materi Bahasa Inggris Kelas 12 Semester 1 & 2: Ringkasan Lengkap
Contoh Discussion Text #4: Fast Food Workers’ Wages
English Version:
Issue: Should fast food workers receive higher minimum wages, or should current pay levels remain?
Arguments FOR Higher Wages: Labor advocates argue fast food workers deserve living wages. Current minimum wage in many areas cannot cover basic living expenses like rent, food, and healthcare.
Fast food work is physically demanding and often involves difficult conditions—hot kitchens, late hours, and rude customers. Workers deserve compensation reflecting these challenges.
Higher wages reduce employee turnover, improving service quality. Companies like In-N-Out Burger pay above-average wages and report lower turnover and higher customer satisfaction.
Economic studies from UC Berkeley (2023) show that wage increases stimulate local economies as workers spend more money in their communities.
Arguments AGAINST Wage Increases: Business owners warn that mandated wage increases force price hikes or job cuts. Small franchise owners operate on thin profit margins and cannot afford significant labor cost increases.
Many fast food jobs are entry-level positions for teenagers and students, not careers requiring living wages. These jobs teach basic work skills and provide supplemental income, not primary household support.
Automation becomes more attractive when labor costs rise. Self-order kiosks and kitchen automation could replace human workers, ultimately reducing total employment.
The International Franchise Association (2024) reports that previous minimum wage increases led to reduced hours for existing workers rather than higher total compensation.
Conclusion: The wage debate reflects tensions between worker welfare and business sustainability. Gradual wage increases tied to regional cost of living, combined with training programs for career advancement, might balance these competing interests better than dramatic, uniform wage mandates.
Artinya:
Isu: Haruskah pekerja fast food menerima upah minimum yang lebih tinggi, atau haruskah tingkat upah saat ini tetap?
Argumen MENDUKUNG Upah Lebih Tinggi: Pendukung buruh berpendapat pekerja fast food layak mendapat upah hidup. Upah minimum saat ini di banyak daerah tidak dapat menutupi biaya hidup dasar seperti sewa, makanan, dan kesehatan.
Pekerjaan fast food secara fisik menuntut dan sering melibatkan kondisi sulit—dapur panas, jam larut, dan pelanggan kasar. Pekerja layak mendapat kompensasi yang mencerminkan tantangan ini.
Upah lebih tinggi mengurangi pergantian karyawan, meningkatkan kualitas layanan. Perusahaan seperti In-N-Out Burger membayar upah di atas rata-rata dan melaporkan pergantian lebih rendah dan kepuasan pelanggan lebih tinggi.
Studi ekonomi dari UC Berkeley (2023) menunjukkan bahwa peningkatan upah merangsang ekonomi lokal karena pekerja menghabiskan lebih banyak uang di komunitas mereka.
Argumen MENENTANG Kenaikan Upah: Pemilik bisnis memperingatkan bahwa kenaikan upah yang diamanatkan memaksa kenaikan harga atau pemotongan pekerjaan. Pemilik franchise kecil beroperasi dengan margin keuntungan tipis dan tidak mampu meningkatkan biaya tenaga kerja secara signifikan.
Banyak pekerjaan fast food adalah posisi tingkat awal untuk remaja dan siswa, bukan karir yang memerlukan upah hidup. Pekerjaan ini mengajarkan keterampilan kerja dasar dan memberikan pendapatan tambahan, bukan dukungan rumah tangga utama.
Otomasi menjadi lebih menarik ketika biaya tenaga kerja naik. Kios pemesanan mandiri dan otomasi dapur dapat menggantikan pekerja manusia, pada akhirnya mengurangi total pekerjaan.
International Franchise Association (2024) melaporkan bahwa peningkatan upah minimum sebelumnya menyebabkan pengurangan jam untuk pekerja yang ada daripada kompensasi total yang lebih tinggi.
Kesimpulan: Perdebatan upah mencerminkan ketegangan antara kesejahteraan pekerja dan keberlanjutan bisnis. Peningkatan upah bertahap yang terkait dengan biaya hidup regional, dikombinasikan dengan program pelatihan untuk kemajuan karir, mungkin menyeimbangkan kepentingan yang bersaing ini lebih baik daripada mandat upah yang dramatis dan seragam.
Baca Juga: Contoh Discussion Text Tentang Seragam Sekolah dan Artinya: Panduan Lengkap untuk Siswa SMA
Contoh Discussion Text #5: Fast Food vs Home Cooking
English Version:
Issue: Is fast food a reasonable alternative to home cooking in modern life, or should families prioritize preparing meals at home?
Arguments FOR Fast Food: Modern life demands justify fast food consumption. With both parents often working full-time, finding time and energy for daily cooking becomes challenging.
Fast food provides consistency and eliminates cooking failures. Families know exactly what they’ll get, avoiding the disappointment of ruined meals.
Cost comparisons aren’t always straightforward. When factoring in grocery shopping time, ingredient waste, and utility costs, fast food can be economically competitive for small families.
Fast food restaurants offer social spaces where families can eat together without cleanup stress, potentially improving family time quality.
Arguments FOR Home Cooking: Health benefits of home cooking are undeniable. Home-cooked meals contain less sodium, fat, and sugar while providing more vegetables and whole grains. Control over ingredients allows dietary customization for allergies and preferences.
Cooking teaches valuable life skills to children. Kids who help prepare meals develop better relationships with food and make healthier choices as adults.
Economic savings are substantial over time. The USDA (2024) calculates that home cooking costs 60% less than restaurant meals for equivalent nutrition.
Home cooking strengthens family bonds through collaboration and shared experiences. The kitchen becomes a space for conversation, teaching, and connection that drive-through windows cannot replicate.
Conclusion: Both approaches have merit depending on circumstances. Ideally, families would cook most meals while occasionally using fast food for genuine convenience needs rather than daily default. Meal planning, batch cooking on weekends, and quick healthy recipes can make home cooking more manageable without complete fast food elimination.
Artinya:
Isu: Apakah fast food alternatif yang masuk akal untuk memasak di rumah dalam kehidupan modern, atau haruskah keluarga memprioritaskan menyiapkan makanan di rumah?
Argumen MENDUKUNG Fast Food: Tuntutan kehidupan modern membenarkan konsumsi fast food. Dengan kedua orang tua sering bekerja penuh waktu, menemukan waktu dan energi untuk memasak setiap hari menjadi menantang.
Fast food menyediakan konsistensi dan menghilangkan kegagalan memasak. Keluarga tahu persis apa yang akan mereka dapatkan, menghindari kekecewaan makanan yang rusak.
Perbandingan biaya tidak selalu mudah. Saat memperhitungkan waktu belanja bahan makanan, limbah bahan, dan biaya utilitas, fast food dapat kompetitif secara ekonomi untuk keluarga kecil.
Restoran fast food menawarkan ruang sosial di mana keluarga dapat makan bersama tanpa stres pembersihan, berpotensi meningkatkan kualitas waktu keluarga.
Argumen MENDUKUNG Memasak di Rumah: Manfaat kesehatan memasak di rumah tidak dapat disangkal. Makanan buatan rumah mengandung lebih sedikit natrium, lemak, dan gula sambil menyediakan lebih banyak sayuran dan biji-bijian utuh. Kontrol atas bahan memungkinkan kustomisasi diet untuk alergi dan preferensi.
Memasak mengajarkan keterampilan hidup yang berharga kepada anak-anak. Anak-anak yang membantu menyiapkan makanan mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan makanan dan membuat pilihan lebih sehat sebagai orang dewasa.
Penghematan ekonomi substansial dari waktu ke waktu. USDA (2024) menghitung bahwa memasak di rumah biaya 60% lebih murah daripada makanan restoran untuk nutrisi yang setara.
Memasak di rumah memperkuat ikatan keluarga melalui kolaborasi dan pengalaman bersama. Dapur menjadi ruang untuk percakapan, pengajaran, dan koneksi yang tidak dapat direplikasi oleh jendela drive-through.
Kesimpulan: Kedua pendekatan memiliki manfaat tergantung pada keadaan. Idealnya, keluarga akan memasak sebagian besar makanan sambil sesekali menggunakan fast food untuk kebutuhan kenyamanan sejati daripada default harian. Perencanaan makan, memasak batch di akhir pekan, dan resep sehat cepat dapat membuat memasak di rumah lebih mudah dikelola tanpa eliminasi fast food sepenuhnya.
Kesimpulan
Memahami discussion text tentang fast food membantu mengembangkan critical thinking dan analytical skills. Dengan mempelajari berbagai contoh discussion text tentang fast food dan artinya, kamu bisa:
- Menganalisis isu kompleks dari multiple angles
- Menyajikan argumen seimbang dengan evidence
- Menulis dengan objektif dan fair
- Membuat informed conclusions
Discussion text mengajarkan bahwa most real-world issues memiliki valid arguments di kedua sisi. Kemampuan untuk understand dan articulate berbagai perspektif adalah essential skill untuk academic dan professional success.
Ingin master semua jenis text bahasa Inggris? Join Kursus Bahasa Inggris Privat Online Termurah di Golden Online Class dan dapatkan guidance dari tutor berpengalaman!


